terimalah hambu mu ini Ya Allah Hu Akbar

terimalah hambu mu ini Ya Allah Hu Akbar
aku nak jadi hamba Allah yang bertaqwa kepada Nya

Monday, November 5, 2012

Rubrik adalah salah satu asesmen alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur

9 RUBRIK: ASESMEN ALTERNATIF UNTUK MENILAI PESERTA DIDIK SECARA REALTIME DAN KOMPREHENSIF * Oleh: Yovi Bathesta dan Lussy Dwiutami Wahyuni PENDAHULUAN Mengukur dan menilai adalah dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan bagi seorang guru atau dosen. Tidak bisa dipisahkan karena melalui kedua hal tersebutlah seorang guru/dosen dapat mengevaluasi atau menilai kadar keberhasilan dari apa yang sudah dia berikan kepada peserta didiknya. Banyak cara dan ragam untuk mengukur dan menilai kompetensi peserta didik, yang bila dikelompokkan dapat terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu tes dan nontes. Tes cenderung digunakan untuk mengukur kompetensi dari ranah kognitif dan sifat jawabannya adalah mutlak. Nontes cenderung digunakan untuk mengukur kompetensi di luar ranah kognitif dan sifat jawabannya adalah variatif atau tidak ada kemutlakan untuk benar dan salahnya. Jadi, nontes lebih cenderung bersifat subyektif dalam penilaian. Karenanya cara penilaian seperti ini kurang bisa dipertanggungjawabkan validitas dan reliabilitasnya. Padahal menurut Zainul dan Mulyana (2003: 5.17), penilaian yang subyektif akan menghilangkan reliabilitasnya dan keadilan dalam penilaian. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu dikembangkan kriteria atau rubric yang digunakan sebagai pedoman atau alat penilaian kinerja dan hasil kerja peserta didik. Dengan demikian, rubrik dapat membantu guru/dosen untuk menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. * Akan disampaikan oleh Yovi Bathesta dan Lussy Dwiutami Wahyuni pada Konferensi Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI), Hotel Nusantara, Bandar Lampung, 30 Januari 201110 Selain yang telah diungkapkan di atas, menurut Goodrich ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa harus menggunakan rubrik, yaitu (http://www.middleweb.com/CSLB2rubrik.html): membantu guru/dosen dan peserta didik untuk menciptakan “kualitas/mutu” dalam proses pembelajaran, penggunaan rubrik secara teratur dapat menjadi self evaluation bagi mahasiswa (apakah pekerjaan yang mereka lakukan sudah benar?), penggunaan rubrik dapat mengurangi waktu guru/dosen untuk menjelaskan mengapa peserta yang dia ajarkan tersebut mendapatkan nilai demikian, dan rubrik juga dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang kualitas pembelajaran anaknya di kampus/sekolah, sehingga mereka dapat menyimpulkan apa yang harus mereka lakukan untuk membantu anaknya tersebut. MENGAPA PERLU MENGGUNAKAN RUBRIK Dalam pendahuluan sudah sedikit dipaparkan bahwa rubrik adalah salah satu asesmen alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai peserta didik secara komprehensif. Dikatakan komprehensif karena kompetensi peserta didik tidak hanya dilihat pada akhir proses saja, tetapi juga pada saat proses berlangsung. Karenanya rubrik disini dapat berfungsi ganda, satu sisi sebagai penuntun kerja dan sebagai instrumen evaluasi di sisi yang lainnya. Selain itu, rubrik juga sangat cocok digunakan pada era yang sangat mengedepankan kompetensi/kinerja seperti sekarang ini. Secara implisit Mehrens [1992] mengatakan bahwa ada 3 hal yang menjadi alasan mengapa pada saat ini perlu menggunakan asesmen kinerja: 1. Adanya ketidakpuasan terhadap tes beropsi. Para pendukung asesmen kinerja beranggapan bahwa tes beropsi hanya menggambarkan kemampuan peserta didik secara parsial [tidak utuh], sehingga tidak bisa melihat kemampuan berpikirnya secara utuh. Selain itu, tes beropsi memiliki "daya surprise" yang 11 rendah, karena peserta didik cuma diminta untuk memilih respons yang telah disediakan. 2. Terpengaruh psikologi kognitif. Para psikolog kongnitif percaya bahwa peserta didik harus memperoleh "content knowledge" dan "procedural knowledge". Dan pengetahuan prosedural tidak bisa dinilai hanya dengan tes beropsi. 3. Tes konvensional cenderung dipengaruhi konten materi. Dalam tes, pendidik cenderung untuk menanyakan kembali "secara langsung" materi yang telah disampaikan di kelas, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan tidak bisa diukur hanya dengan tes konvensional, karena materi bersifat unjuk keterampilan atau prosedural. Terkait dengan bahwa setiap pendidik mempunyai pemikiran dan gaya yang berbeda dalam mengembangkan tes kinerja. Apapun itu bentuknya, paling tidak untuk mengkonstruk tes kinerja harus memenuhi ketiga hal berikut: 1. Multikriteria, kinerja peserta didik harus dinilai oleh lebih dari satu kriteria. Ilustrasinya, untuk menilai kemampuan bahasa Inggris seseorang, yang dinilai adalah grammar, vocabulary, conversation, dll. 2. Spesifikasi kualitas standar, setiap kriteria yang ditampilkan peserta didik harus dinilai secara jelas. 3. Penilaian, kinerja peserta didik dinilai berdasarkan apa yang dilakukannya secara nyata dan penskoran berbeda dengan cara penskoran tes konvensional yang bisa dilakukan dengan alat bantu, contoh: komputer. PENGERTIAN RUBRIK Heidi Goodrich Andrade (1997) dalam Zainul (2003: 5.17) mendefinisikan rubric sebagai suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung. Definisi yang dikemukakan oleh Goodrich ini sangat singkat dan jelas, sehingga hanya dengan sekali membacanya, kita sudah tahu dan mengerti 12 apakah hakikat rubric sebenarnya. Tidak jauh berbeda dengan Goodrich, Arends mendefinisikan scoring rubrics sebagai deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang akan digunakan untuk menilainya (2008: 244). Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett (http://en.wikipedia.org/wiki/Rubrik_(academic)) rubric adalah alat skoring untuk asesmen yang bersifat subjektif, yang didalamnya terdapat satu set kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan diases ke anak didik. Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, Bernie dan Nancy merincikan kembali rubric sebagai berikut: fokus untuk mengukur suatu sasaran [kinerja, perilaku, atau mutu], menggunakan peringkat, dan berisi karakteristik spesifik yang diatur dalam skala yang menggambarkan standar kinerja yang akan diukur tersebut. Lebih sederhana dari itu Nitko (1996: 241) menyatakan dalam bukunya, Scoring rubrics adalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan yang digunakan untuk mengases kualitas dari performansi/kinerja mahasiswa. Sama halnya dengan Goodrich, Nitko juga mendefinisikan scoring rubric secara sederhana, singkat, dan jelas. Sedikit berbeda dengan empat definisi sebelumnya, Popham (1995: 148) lebih menggunakan kata criteria dalam mendefinisikan rubrics. Menurutnya kriteria adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi respon mahasiswa dalam rangka mempertimbangkan sejauhmana kecukupan unjuk kerja yang mereka tampilkan. Secara selintas lima pendapat di atas tidaklah sama, dikarenakan penyebutannya yang berbeda. Ada yang menggunakan kata scoring rubrics, rubrics, atau bahkan kriteria. Namun demikian, pada dasarnya dari lima pendapat tersebut mengemukakan hal yang sama yaitu alat yang berisi seperangkat kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja mahasiswa.13 TIPE-TIPE RUBRIK Secara umum ada dua tipe rubrics, yaitu holistik dan analitik. Rubrics holistik memungkinkan pemberi skor untuk membuat penilaian tentang kinerja (produk atau proses) secara keseluruhan, terlepas dari bagian-bagian komponennya. Sedangkan rubrics analitik menuntut pemberi skor untuk menilai komponenkomponen yang terpisah atau tugas-tugas individual yang berhubungan dengan kinerja yang dimaksud. Mertler (2001) mengatakan bahwa “rubrics holistik lebih cocok bila tugas kinerjanya menuntut mahasiswa untuk membuat respons tertentu dan tidak ada jawaban yang mutlak benar. Rubrics analitik biasanya lebih disukai bila yang dituntut adalah tipe respons yang agak terfokus” (Arends, 2008: 244). Sama halnya dengan Mertler, Gissele O. Martin-Kniep (2000: 34-35) juga mengemukan bahwa rubric memiliki 2 jenis, yaitu : rubric holistik dan analitik. Rubric holistik adalah rubric yang menggunakan skor tunggal dalam menilai produk, proses, dan penampilan. Rubric holistik terdiri dari beberapa kriteria namun tetap merujuk dalam satu klausa atau paragraf. Sedangkan rubric analitik menilai produk, proses, dan penampilan dalam atribut atau dimensi yang terpisah dan mempunyai deskriptor untuk tiap dimensinya. Namun pada buku Educational Assessment of Students, Nitko (1996: 266) mengemukakan bahwa rubric ada 3 jenis, yaitu : 1) rubric holistik, yaitu rubric yang menilai proses secara keseluruhan tanpa adanya pembagian komponen secara terpisah, 2) rubric analitik, yaitu rubric yang menilai proses secara terpisah dan hasil akhirnya adalah dengan menggabungkan penilaian dari tiap komponen, dan 3) Holistik dengan catatan, yaitu rubric untuk mendukung penilaian holistik karena didalamnya disertai dengan catatan mengenai kekuatan dan keterbatasan dari proses yang sedang dinilai. Dari semua pendapat yang telah disampaikan di atas hampir semuanya mengatakan bahwa rubric terdiri atas 2 jenis, holistik dan analitik. Setiap jenis 14 memiliki titik tekan yang agak berbeda, holistik lebih digunakan untuk menilai kemampuan/proses secara keseluruhan tanpa ada pembagian komponen secara terpisah. Sedangkan, rubric analatik lebih digunakan untuk menilai kemampuan/proses secara lebih spesifik. MODEL-MODEL RUBRIK Ada 5 model yang bisa digunakan untuk mengkonstruk rubric, yaitu (Stevens & Levi, 2005: 54): 1. Model presentation Dalam model ini mulai dari tahap refleksi, listing, sampai dengan grouping dan labeling semua dilakukan oleh pengajar/dosen. Namun pada tahap aplikasinya, dosen dan mahasiswa melakukan refleksi dan saling curah pendapat berdasarkan pemahaman mereka tentang rubric yang akan digunakan. 2. Model Feedback Dalam model ini mulai dari tahap refleksi, listing, sampai dengan grouping dan labeling semua dilakukan oleh pengajar/dosen. Namun pada tahap aplikasinya, pengajar/dosen bersama mahasiswa melakukan penyuntingan untuk kejelasan rubric yang akan digunakan. 3. Model Pass-the hat Dalam model ini refleksi dilakukan oleh dosen, listing bisa dilakukan oleh dosen atau mahasiswa, grouping dan labeling dilakukan oleh dosen dan sekelompok mahasiswa ikut berkontribusi didalamnya. Pada tahap aplikasinya dosen dan mahasiswa secara bersama menyelesaikan rubric sampai tuntas. 4. Post-it TM Dalam model ini refleksi dilakukan oleh dosen, listing dilakukan oleh mahasiswa, grouping dan listing dilakukan oleh dosen dan mahasiswa yang sebelumnya sudah dibentuk dalam kelompok untuk memfasilitasi mereka dalam 15 mengembangkan berdasarkan fakta yang mereka miliki. Pada tahap aplikasinya dosen dan mahasiswa secara bersama menyelesaikan rubric sampai tuntas. e. model 4x4 Dalam model ini refeksi dilakukan oleh dosen, selanjutnya mulai dari tahap listing sampai dengan aplikasi semuanya dilakukan oleh mahasiswa. TEMPLATE RUBRIK Untuk memudahkan dalam membuat rubrics, Mertler keterampilan yang akan diases Merumuskan kisi-kisi rubrics Mengkonstruk rubrics20 CONTOH-CONTOH RUBRIK TAHAPAN PENGGUNAAN RUBRIK UNTUK MENILAI KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENGANALISIS WACANA BERBENTUK TEKS (Wahyuni, 2010: 92-93) Pengertian Singkat 1. Rubric merupakan deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang akan digunakan untuk menilainya (Richard I. Arends, 2008). Rubric digunakan untuk menilai tugas yang mengandung unsur subyektifitas yang tinggi. 2. Analisis wacana adalah untuk mengetahui bagaimana isi dan makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto). 3. Tujuan untuk menganalisis wacana adalah agar mahasiswa tidak hanya sekedar mampu melihat bagaimana isi teks dan juga bagaimana pesan itu disampaikan (“bagaimana” (how)). Namun selain itu, mahasiswa ditekankan untuk mampu memberikan pemaknaan kepada sebuah teks yang ada dihadapannya. Tahapan Penugasan 1. Mahasrja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksikan kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksikan kinerja paling tinggi Kriteria #2 Deskripsi yang merefleksikan kinerja tingkat pemula Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksikan kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksikan kinerja paling tinggi Kriteria #3 Deskripsi yang merefleksikan kinerja tingkat pemula Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksikan kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksikan kinerja paling tinggi Kriteria #4 Deskripsi yang merefleksikan kinerja tingkat pemula Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksikan kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksikan kinerja paling tinggi Dari template yang sudah dihadirkan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya rubric memiliki stuktur yang terdiri (Zainul dan Mulyana, 2003: 5.18): pertama adalah senarai, yaitu daftar kriteria yang diwujudkan dengan dimensidimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan kedua adalah gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Elemen-elemen yang ada dalam didalamnya : 1) dimensi yang akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa, 2) definisi dari contoh, yang merupakan penjelasan dari setiap dimensi, 3) skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi, 4) standar untuk setiap kategori kinerja.17 TAHAPAN PENGEMBANGAN RUBRIK Untuk memulai mengembangkan rubrik, Gronlund, Linn, dan Davis (2000) dan Wiggins (1988) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut: 1. Fokuskan pada hasil belajar yang membutuhkan keterampilan kognitif dan kinerja anak didik yang kompleks. 2. Pilih atau kembangkan tugas-tugas yang merepresentasikan isi dan keterampilan sentral untuk hasil-hasil belajar yang penting. 3. Minimalkan ketergantungan kinerja tugas pada keterampilan-keterampilan yang tidak relevan dengan maksud tugas asesmen yang dimaksud. 4. Berikan kerangka kerja/instruksi kerja (scaffolding) yang dibutuhkan anak didik agar mampu memahami tugasnya dan apa yang diharapkan 5. Konstruksikan petunjuk-petunjuk tugas sedemikian rupa sehingga tugas anak didik menjadi benar-benar jelas. 6. Komunikasikan dengan jelas ekspektasi kinerja dalam kaitannya dengan kriteria yang akan dijadikan dasar penilaian kinerja. Dalam mengembangkan scoring rubrics, perlu memperhatikan beberapa langkah. Donna Szppyrka dan Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan langkah-langkah pengembangan scoring rubrics sebagai berikut ((Zainul dan Mulyana, 2003: 5.22): 1. menentukan konsep, keterampilan, dan kinerja yang akan diases (asesmen), serta model rubrik yang digunakan. 2. merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan konsep dan atau keterampilan yang akan diases ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja. 3. menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas (task) yang harus diases. 4. menentukan skala yang akan digunakan.18 5. mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep atau keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberi angka pada setiap gradasi atau memberi deskripsi gradasi. 6. melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja mahasiswa dengan rubric yang telah dikembangkan. 7. berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja mahasiswa dari uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja, maupun konsep dan keterampilan yang akan diases. 8. memikirkan kembali tentang skala yang digunakan. Apakah skala tersebut memang telah membedakan secara jelas tentang kinerja yang ditunjukkan oleh siswa. 9. merevisi skala yang digunakan. Langkah-langkah pengembangan rubrik tersebut, secara sederhana digambarkan dalam bagan berikut:19 Gambar 1. Langkah Pengembangan Rubrik Menjabarkan spesifikasi kemampuan yang akan diases Menentukan skala ukur Uji coba rubrics Expert judgement/panelis Membandingkan hasil kerja mahasiswa dengan rubrics Tidak Ya REVISI ? Pakai Menentukan keterampilan yang akan diases : keterampilan analisis wacana berbentuk teks Merumuskan definisi operasional dari keterampilan yang akan diases Merumuskan kisi-kisi rubrics Mengkonstruk rubrics20 CONTOH-CONTOH RUBRIK TAHAPAN PENGGUNAAN RUBRIK UNTUK MENILAI KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENGANALISIS WACANA BERBENTUK TEKS (Wahyuni, 2010: 92-93) Pengertian Singkat 1. Rubric merupakan deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang akan digunakan untuk menilainya (Richard I. Arends, 2008). Rubric digunakan untuk menilai tugas yang mengandung unsur subyektifitas yang tinggi. 2. Analisis wacana adalah untuk mengetahui bagaimana isi dan makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto). 3. Tujuan untuk menganalisis wacana adalah agar mahasiswa tidak hanya sekedar mampu melihat bagaimana isi teks dan juga bagaimana pesan itu disampaikan (“bagaimana” (how)). Namun selain itu, mahasiswa ditekankan untuk mampu memberikan pemaknaan kepada sebuah teks yang ada dihadapannya. Tahapan Penugasan 1. Mahasiswa diberi tugas untuk mencari wacana berbentuk teks/artikel dengan tema yang sudah ditentukan. 2. Mahasiswa diminta untuk menganalisis wacana berbentuk teks/artikel (dalam bentuk essay) dengan waktu yang sudah ditentukan berdasarkan rubric terkait. Tahapan Penggunaan Rubric 1. Tugas yang telah selesai dikerjakan diskor dan dinilai berdasarkan rubric terkait. 2. Rubric yang digunakan berjenis rubric analitik, yaitu rubrik yang dalam penskorannya melihat tugasehingga tugas diskor perkomponen. 3. Tugas bisa diasses secara individu, kelompok, atau dosen. 4. Skala yang digunakan adalah rating scale, dengan rincian sebagai berikut: a. Sangat baik = 5 b. Baik = 421 c. Cukup = 3 d. Tidak baik = 2 e. Sangat tidak baik = 1 5. Asesor dapat menambahkan catatan bila ada hal-hal penting yang perlu dikritisi dari dalam tugas yang sedang diases/diskornya. 6. Skor yang didapat dari tiap kriteria dijumlahkan menjadi skor dimensi, dan skor dari tiap dimensi kemudian dijumlahkan menjadi skor total. 7. Nilai akhir yang didapat mahasiswa adalah hasil ubah skor (konversi) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ݈ܲ݁݊݅ܽ݅ܽ݊ = ݐܽ݌ܽ݀݅݀ ݃݊ܽݕ ݎ݋݇ܵ ݈ܽ݉݅ݏ݇ܽ݉ ݎ݋݇ܵ 100 ݔ Dan selanjutnya hasilnya dapat diterjemahkan dalam huruf sebagai berikut: A : 80 – 100 C : 60 – 69 E : < 55 B : 70 – 79 D : 55 – 59 22 RUBRIK UNTUK MENILAI KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENGANALISIS WACANA BERBENTUK TEKS (Wahyuni, 2010: 94-95) Nama : Tanggal : Yang Mengasses  Individu/pribadi  Kelompok  Dosen Skor 1 2 3 4 5 (1 – 5) I------------------I-----------------I-----------------I-----------------I sangat tidak baik sangat baik Petunjuk : Lingkarilah skor yang mewakili kemampuan dari setiap indikator Struktur Makro – Mengetahui apa yang dikatakan (makna global/umum) dari penulis artikel Skor : ____ (15) Mengetahui tema dari sebuah teks 1 2 3 4 5 Menangkap isi teks secara keseluruhan 1 2 3 4 5 Menguraikan makna umum yang disajikan dalam teks 1 2 3 4 5 Super Struktur – Mengetahui pendapat yang disampaikan oleh penulis artikel Skor : ____ (15) Menangkap pesan penting yang ada dalam teks 1 2 3 4 5 Menjabarkan intisari pesan (who, what, when, where, why, how (5W + 1H) 1 2 3 4 5 Memberikan tanggapan tentang pesan dalam teks 1 2 3 4 523 Struktur Mikro – mengetahui makna wacana Skor : ____ (30) Menangkap makna ekspilisit (tertulis) teks 1 2 3 4 5 Menangkap makna implisit (tersembunyi) teks 1 2 3 4 5 Menjabarkan hubungan sebab akibat dalam teks 1 2 3 4 5 Mengetahui yang menjadi fokus dalam teks 1 2 3 4 5 Menjabarkan bagaimana cara penulis memberikan penekanan yang menjadi makna dalam tulisannya 1 2 3 4 5 Memberikan tanggapan tentang penulisan teks 1 2 3 4 5 Total Skor : ____ (60) Skala : A : 80 – 100 C : 60 – 69 E : < 55 B : 70 – 79 D : 55 – 59 ݈ܲ݁݊݅ܽ݅ܽ݊ = ݐܽ݌ܽ݀݅݀ ݃݊ܽݕ ݎ݋݇ܵ ݈ܽ݉݅ݏ݇ܽ݉ ݎ݋݇ܵ 100 ݔ Catatan :24 PENUTUP Rubrik adalah salah satu asesmen alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik. Dengan menggunakan rubrik, paling tidak ada dua keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu: peserta didik mampu mengetahui standar yang harus dipenuhinya dan di sisi yang lain ia mampu mengevaluasi kemampuannya sendiri. Akhir dari ini semua diharapkan tidak hanya kemampuan kognitif peserta didik saja yang terukur, tetapi juga kemampuan afektif dan psikomotoriknya. DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard I. (2007). Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar, Ed. 7 Jilid 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Martin-Kniep, Giselle O. Becoming a Better Teacher : Eight Innovations That Work. USA: ASCD, 2000. Nitko, Anthony J. Educational Assessment of Student. New Jersey : Prentice-Hall, 1996. Popham, W. James. Classroom Assessment : What Teachers Need to Know. Los Angeles: Allyn & Bacon, 1995. Stevens, Dannelle D. & Antonia J. Levi. Introduction to Rubrics: An Assessment Tool to Save Grading Time, Convey Effective Feedback, and Promote Student Learning (Virginia: Stylus Publishing, 2005. Wahyuni, Lussy Dwiutami. Pengembangan Rubrik untuk Menilai Kemampuan Mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam Menganalisis Wacana Berbentuk Teks. Tesis. Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2010. Zainul, Asmawi dan Agus Mulyana. Materi Pokok : Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. http://en.wikipedia.org/wiki/Rubrik_(academic). 16 Desember 2007 21.13 pm

No comments: